Uforia HUT ke 72 kemerdekaan Indonesaia pastinya masih berbau harum
dalam benak kita, tidak dapat dipungkiri hari ini tidak ada hati yang tidak
senang, tidak ada bibir yang tidak tersenyum dan tidak ada air mata yang
menetes haru tanpa makna rasa syukur yang begitu mendalam di dalam jiwa
masyarakat Indonesia. Kecuali mereka-mereka yang di dalam hatinya tidak pernah
ada nama Indonesia atau bahkan sketsa sang saka merah putih dalam jiwanya telah
luntur dan tidak berbekas sedikitpun. Bukankah sangat aneh jika ia mengaku
sebagai masyarakat Indonesia ? namun jiwa nasionalismenya telah tergadaikan
dengan sesuatu yang mereka anggap lebih bisa dinikmati, ketimbang menikmati
KEMERDEKAAN bangsanya sendiri.
Kita membutuhkan waktu 350 Tahun untuk mengibarkan sang saka merah
putih sebagai simbol bahwa bangsa kita bebas dari penjajahan, dan tepatnya 72
tahun lalu pertama kali sang merah putih menampakkan senyumnya diangkasa
menjemput udara segar dan hangatnya terik matahari yang selama ini terkunci
rapat dalam lemari penjajahan. Masih sangat nampak jelas betapa sakralnya
peristiwa itu, hingga membuat setiap orang terbakar api semangatnya untuk
MERDEKA. Pada hari itu nampak sekali bangsaku benar-benar Merdeka, meskipun
musuh masih sangat menghantui, namun pilar-pilar keberanian untuk melawan
penjajahan telah menjalar keseluruh lapisan masyarakat Indonesia, Hingga
nampkanya tak satupun orang penakut bisa ditemukan pada saat itu.
Hari ini, KEMERDEKAAN itu tak ubahnya sebuah simbol peringatan
belaka. Kemerdekaan nampak sekali sebagai pesta tahunan pelipur lara janji-janji
palsu dan bualan politik yang disinergikan. Makna kemerdekaan telah benar-benar
melenceng 180 derajat dari hakikatnya dalam memerdekakan rakyat Indonesia.
Secara sederhana memang betul belanda dan jepang telah lama meninggalkan
Indonesia, namun coba tengoklah pada kondisi bangsa kita yang semakin hari
semakin runyam dan menghawatirkan hanya karena bola-bola saju dengan bumbu
politik yang sedikit pedas dengan penuh rayuan dan tipuan.
Apakah merdeka, jika hukum masih berpihak pada yang kaya dan
menghujam pada rakyat jelata? Apakah merdeka, jika hak mendapatkan pendidikan
masih sangat mencekik anak-anak bangsa yang berasal dari keluarga kurang mampu
? Apakah merdeka, jika orang asli Indonesia sendiri kesulitan mencari lapangan
pekerjaan di negaranya sendiri namun justru orang-orang asing begitu mudah
bekerja dinegara kita ? Apakah merdeka, jika subsidi untuk rakyat jelata
dicabut sedangkan fasilitas untuk para wakil rakyat ditingkatkan padahal tidak
memiliki pengaruh positif terhadap kinerjanya dan justru menjadi sarang korupsi
yang sangat subur ?
Merdeka mana yang kau katakan wahai sahabatku ? Merdeka untuk siapa
? untuk mereka-mereka yang hanya menjadi penakut untuk sebuah kejujuran ? atau
untuk mereka-mereka yang menikam rakyatnya sendiri ? merdeka untuk yang berdasi
dan mati untuk yang memberikan subsidi ?
Bangunlah wahai sahabatku, jangan terhipnotis oleh buaian
kemerdekaan yang justru menjajahmu sendiri. Sudah saatnya kita berkarya dan
mengisi kemerdekaan ini untuk menjunjung tinggi martabat bangsa kita di mata
dunia, tidak perlu untuk menjadi orang lain cukup menjadi diri kita sendiri dan
berkarya sesuai dengan kemampuan kita sendiri. Cukup jadikan dirimu dengan
tidak menyalahai aturan Agamamu, aturan bangsamu dan norma-norma yang berlaku
disekitarmu dan berinovasilah karena pada hakikatnya kemerdekaan adalah
kebebasan. Karena hanya dengan hal tersebut siapapun diri kita hari ini,
dikenal atau tidak dikenal sekalipun kita telah malaksanakan kewajiban kita
untuk menjaga dan mengisi KMERDEKAAN NKRI yang telah Tuhan anugerahkan kepada
kita. Hingga kita bisa menikmati airnya yang jernih sumber daya alamnya yang
melimpah dan ketenangan dalam menjalankan aktifitas ibadah sesuai dengan
kepercayaan kita masing-masing.
Salam NKRI,...
DIRGAHAYU INDONESIAKU KE 72