Minggu, 15 September 2019

Pelestarian Adat Budaya dalam Pelatihan Calon Asesor dari Empat Provinsi di Kota Bandar Lampung


Indonesia memang mampu menarik perhatian dunia karna keragaman adat dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia memang nampak seperti pelangi yang dapat membuat hati manusia menjadi bahagia saat memandangnya; hal ini bukan saja Indonesia yang memiliki keragaman budaya yang sangat eksotis melainkan kerukunan yang ada di Indonesia seolah menjadi kiblat perdamaian dunia yang saat ini sedang dihadapkan dengan perpecahan; terutama di negara-negara timur tengah.
Pada sebuah acara pelatihan calon asesor BAN-PAUD PNF dari empat provinsi; tepatnya provinsi Lampung, Jambi, Bengkulu dan Sumatra Selatan yang diadakan di Kota Bandar Lampung; nampak begitu kompak dan bangga dengan pakaian adat yang telah disyaratkan oleh panitia. Pada acara tersebut saya juga mengenakan pakaian adat Lampung yang menawan.

Jika melihat realita yang saat ini buming di masyarakat yang lebih menyukai produk dan adat budaya asing rasanya ada sesuatu yang keliru dari sistem peradaban yang saat ini kita jalani. hal ini bisa saja bersumber dari: Pertama ranah pendidikan yang sama sekali tidak mengenalkan kearifan lokal dalam dunia pendidikan; padahal kearifan lokal yang dimiliki Indonesia sangat baik di mata dunia. Kedua kepedulian masyarakat terhadap budayanya sendiri; terlebih adanya term kuno yang kadang disematkan pada budaya yang dimiliki Indonesia. Ketiga kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan kesiapan SDM indonesia guna menggunakan tekonologi dengan baik khususnya penggunaan media sosial.

Padahal jika kita cermati manusia akan berfikir berputar-putar: 1) Kehidupan masyarakat desa menginginkan kehidupan moderen; 2) Kehidupan masyarakat moderen merindukan keasrian kehidupan desa. Hal tersebut akan terus terulang seiring dengan pola pemikiran manusia itu sendiri.

Tentu saja apa yang telah dilakukan oleh Panitia Pelatihan Calon Asesor BAN PAUD & PNF di Kota Bandar Lampung perlu mendapatkan Apresiasi yang setinggi-tingginya karena telah mempertahan nilai-nilai kearifan lokal budaya yang ada ditengah gerusan alur moderenisasi yang mengkotak-kotakkan peradaban manusia itu sendiri.